Pengantar
Pada 23 Maret 2022 penulis diundang untuk memberikan
Orasi Ilmiah pada Wisuda Institut STIAMI sekaligus pengukuhan kembali penulis
sebagai Lektor Kepala yang telah penulis capai Terhitung Mulai Tanggal (TMT) 1
Oktober 2004. Untuk itu, dihaturkan ucapan terima kasih kepada Rektor Institut
STIAMI Prof. Dr. Ir. Wahyuddin Latunreng , M.M dan seluruh jajarannya atas
kerjasamanya yang baik selama ini.
Sebagaimana diketahui, pada akhir 2019 jabatan
akademik hasil banting tulang ini pernah hilang dari Pangkalan Data Pendidikan
Tinggi (PD Dikti) karena ada yang dengan sengaja menghapusnya.
Untung penulis punya banyak teman di Ditjen Dikti, L2Dikti, serta teman2
Rektor PT yg selalu siap membantu.
Orasi
Ilmiah Dr. H. Dadang Solihin, SE, MA
Disampaikan pada Wisuda Program Vokasi, Program Sarjana dan Program Magister lnstitut llmu Sosial dan Manajemen STIAMI Ke-42 Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022, sekaligus Pengukuhan Associate Professor
Gedung
Aula Balai Sarbini, Cimanggis, Depok, Jawa Barat 23 Maret 2022
1.
Yth. Ketua
Yayasan Ilomata Bapak Drs. Amrullah Satoto, S.AB, M.A,
2.
Yth.
Rektor Institut STIAMI Bapak Prof. Dr. Ir. Wahyuddin Latunreng, M.Si, beserta
jajarannya
3.
Yth. Ketua
Senat Institut STIAMI Bapak Prof. Dr. Mochammad Mulyadi, M.Si,
4.
Yth. Direktur
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI, Bapak Suryo Utomo, S.E., Ak., M.B.T.
5.
Yth.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III DKI Jakarta, Ibu Dr. Ir.
Paristiyanti Nurwardani, M.P
6.
Yang
berbahagia para Wisudawan dan Wisudawati serta Orang Tua dan Keluarga
7.
Hadirin
sekalian
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam
sejahtera untuk kita semua,
Pada
hari yang penuh kegembiraan ini, ijinkan saya untuk menyampaikan Orasi Ilmiah
yang berjudul Peran Pariwisata dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional. Sebelum
masuk ke dalam pembahasan yang lebih mendalam, sebaiknya kita mengenal terlebih
dahulu apa itu Ketahanan Nasional.
Menurut
Lemhannas RI[1],
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas Ketangguhan
serta Keuletan dan Kemampuan untuk mengembangkan Kekuatan
Nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk Ancaman, Tantangan,
Hambatan dan Gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, secara
langsung maupun tidak langsung, yang mengancam dan membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam
mewujudkan tujuan nasional.
Ketahanan
Nasional Indonesia merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan
ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional,
dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.
Selanjutnya
Lemhannas RI[2]
menambahkan bahwa Ketahanan Nasional sebagai konsepsi merupakan pisau analisis
untuk memecahkan problem atau masalah kehidupan bangsa melalui pendekatan
delapan aspek kehidupan nasional yang diistilahkan sebagai Astagatra.
Astagatra
terdiri dari Trigatra dan Pancagatra. Trigatra adalah tiga aspek
alamiah, yaitu aspek Geografi, Demografi, dan Sumber Kekayaan Alam
yang merupakan potensi dan modal bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan, oleh karena itu Trigatra harus dikelola dengan baik. Sedangkan
Pancagatra adalah lima aspek sosial, yaitu aspek Ideologi,
Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Pertahanan Keamanan.
Ancaman
terhadap bangsa Indonesia selalu ditujukan kepada aspek-aspek kehidupan
Pancagatra yang senantiasa dinamis, oleh karenanya diperlukan upaya peningkatan
ketahanan Pancagatra secara utuh dan menyeluruh.
Terjaganya
kualitas Pancagatra dalam kehidupan nasional dan terintegrasi dengan Trigatra
yang selalu terpelihara dengan baik, akan mewujudkan kondisi Ketahanan Nasional
yang mantap. Penggabungan Trigatra dan Pancagatra akan menjadi Astagatra yang
merupakan model pemetaan yang mantap dari sistem kehidupan nasional bangsa
Indonesia.
Ketahanan
Nasional dalam konteks konsepsi merupakan suatu ajaran yang diyakini
kebenarannya dan perlu diimplementasikan kepada seluruh bangsa Indonesia
sehingga akan terjalin pola pikir, pola sikap, pola tindak, dan pola kerja yang
sama secara nasional, holistik, dan berorientasi global. Oleh karena itu
konsepsi Ketahanan Nasional berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan nasional untuk mewujudkan sinergi dari seluruh bidang dan sektor
pembangunan, termasuk sektor Pariwisata. Hari ini kita akan kaji bagaimana
peran pariwisata dalam mewujudkan Ketahanan Nasional.
Pembangunan Industri Pariwisata Indonesia[3]
saat ini sangat dipengaruhi oleh adanya pandemi Covid 19.
Perubahan model bisnis dari traditional
tourism management menjadi digital
tourism management akan menjadi peluang dalam mempertahankan dan memulihkan
sektor pariwisata nasional.
Orientasi
segmen pasar akan bergeser dari Wisatawan Mancanegara menjadi Wisatawan
Nusantara, hingga penerbangan internasional kembali pulih seiring penanganan
pandemi Covid-19 yang semakin baik. Untuk itu, diperlukan strategi khusus
terintegrasi dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor
pariwisata, terutama dalam menghadapi masa recovery pada tahun 2022 ini sesuai
kondisi global.
Dalam
kerangka pembangunan Industri Pariwisata, terdapat sejumlah potensi yang telah
berkembang sebagai modal utama dalam mendorong akselerasi industri pariwisata. Pertama,
Pariwisata menciptakan rantai nilai
usaha yang luas dan beragam. Pariwisata
merupakan sektor yang memiliki keterkaitan rantai nilai kegiatan yang luas
dengan berbagai jenis usaha sehingga mampu menciptakan lapangan usaha yang luas
bagi masyarakat. Keterkaitan dan sinergi antar mata rantai usaha kepariwisataan
merupakan faktor kunci yang membuat industri pariwisata berjalan dengan baik
dan mampu memenuhi harapan wisatawan selaku konsumen. Penguatan sinergitas
antar mata rantai pembentuk industri pariwisata harus selalu dibangun dan
dikembangkan agar seluruh komponen dan sistem kepariwisataan dapat bergerak dan
memberikan kontribusi serta perannya masing-masing dalam menciptakan produk dan
pelayanan yang berkualitas bagi wisatawan. Kompetisi sektor kepariwisataan
menuntut kemampuan pelaku industri pariwisata untuk dapat mengembangkan dan
menjaga kualitas produk serta kredibilitasnya sehingga memiliki daya saing dan
memperoleh kepercayaan dari kalangan konsumen/pasar.
Kedua, berkaitan dengan daya saing produk dan kredibilitas bisnis. Dalam
penilaian tingkat daya saing kepariwisatan, Indonesia memiliki keunggulan dari
sisi daya saing sumber daya pariwisata serta daya saing harga. Keunggulan daya
saing tersebut diharapkan akan menjadi modal untuk menggerakkan pilar-pilar
lain sehingga memiliki daya saing yang lebih tinggi, khususnya dari sisi
manajemen atraksi/ daya tarik wisata, fasilitas pariwisata maupun aksesibilitas
pariwisata. Upaya peningkatan daya saing produk dan kredibilitas bisnis terus
didorong oleh Pemerintah Indonesia melalui berbagai bentuk bimbingan teknis dan
kegiatan sertifikasi usaha pariwisata yang akan didorong secara lebih intensif
ke depannya.
Ketiga, tanggung jawab lingkungan yang semakin tinggi. Era
Pariwisata hijau (green tourism) dan
pariwisata yang berkelanjutan (sustainable
tourism), telah menumbuhkan kesadaran yang luas dari berbagai pihak dan pemangku
kepentingan untuk dapat mengelola dan memberikan perhatian pada aspek-aspek
kelestarian lingkungan, melalui pengembangan paket-paket wisata yang mengandung
unsur edukasi lingkungan (eco-tourism)
maupun penerapan prinsip daur ulang terhadap material atau bahan pendukung
operasional usaha pariwisata. Dari sisi pasar wisatawan juga semakin berkembang
preferensi untuk memilih destinasi pariwisata yang lebih mengemban misi-misi
pelestarian/ tanggung jawab lingkungan. Sehingga potensi tersebut memberi peluang
bagi destinasi pariwisata di Indonesia
untuk lebih mewujudkan pengelolaan daya tarik dan produk wisata yang berwawasan
lingkungan.
Hadirin
yang berbahagia,
Pengembangan
kepariwisataan nasional saat ini diarahkan menuju Quality Tourism Experience.
Menurut UNWTO[4]
aspek kualitas berkaitan dengan etika, transparansi dan penghormatan terhadap
lingkungan manusia, alam dan budaya. Lebih lanjut, UNWTO menyatakan bahwa Quality
mewakili tiga hal sekaligus. Pertama, sebagai Professionals Tools,
kualitas dicapai dengan mengetahui dan mengendalikan secara umum, serta proses
khusus untuk memberikan layanan yang menguntungkan. Sistematisasi kualitas
melibatkan tiga tingkatan yang berbeda: (a) Organisasional; (b) Operasional;
dan (c) Perseptual. Dalam pariwisata, kualitas harus melibatkan komitmen aktif
dari sumber daya manusianya. Dalam hal destinasi Pariwisata, kualitas juga
membutuhkan nilai keramah-tamahan dan hospitality dari penduduk lokal.
Kedua,
sebagai sebuah Management Model kualitas terletak pada framework baru
dari hubungan kerja dan kompetensi. Ini berarti beralih dari struktur piramida
ke organisasi yang flat dan berorientasi pada proses. Dalam hal destinasi berkualitas,
diperlukan komitmen yang solid dari publik-privat dan antar institusi.
Ketiga,
sebagai Powerfull Marketing Tool kualitas menempatkan pelanggan sebagai
pusat aktivitas, yang artinya mengetahui dan memperhatikan kebutuhan pelanggan
yang juga merupakan tujuan pemasaran.
Oleh
karena itu Quality harus menjadi bagian dari manajemen dan perencanaan, dengan
tujuan akhir meningkatkan kinerja dan mengadaptasi penyediaan produk dan
layanan, serta memperkuat variabel-variabel kompetitif bagi destinasi. Quality merupakan
sebuah pilihan etis. Tanggungjawab dan perilaku untuk melakukan segala
sesuatunya lebih baik dengan menghormati masyarakat dan lingkungan adalah
masalah etis. Disinilah Quality, sustainability, social responsibility,
accessibility menjadi satu. Karena tidak mungkin ada Quality tanpa etika.
Keberlanjutan
(sustainability) memiliki prinsip yang sama dengan Quality karena
pariwisata memerlukan strategi jangka panjang dan menggunakan sumber daya
terbatas yang sangat rentan terhadap kerusakan, seperti alam dan warisan
manusia. Tanpa hal tersebut minat dan motivasi wisata akan hilang. Keberlanjutan
baik itu dalam hal sosial, kultural, ekonomi, dan lingkungan merupakan komponen
Quality dalam pariwisata. Tidak mengherankan untuk melihat dua konsep ini terkait
sangat erat terutama dalam mengelola destinasi pariwisata. Penerapan Quality
Tourism ini akan menjadi acuan dalam pengembangan Kepariwisataan nasional
kedepan.
Hadirin
yang berbahagia,
Kembali kepada tema utama kita, yaitu
peran Pariwisata dalam mewujudkan Ketahanan Nasional, ijinkan saya untuk
menjelaskan hubungan Pariwisata dengan masing-masing Gatra dalam Pancagatra. Pertama,
Pariwisata dan Gatra Geografi.
Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan dan salah satu negara terluas di dunia dengan total luas negara
5.193.250 km (mencakup daratan dan lautan) dengan luas daratan 1.919.440 km dan
lautan seluas 3.273.810 km. Berbagai macam aspek geografi sangat menentukan
dalam industri pariwisata seperti kondisi iklim, keindahan alam, rute
perjalanan, adat istiadat dan budaya setempat dan lain sebagainya untuk
mendukung kegiatan pariwisata.
Ada suatu ilmu terapan, yaitu Geografi
Pariwisata yang mengkaji unsur-unsur geografis suatu wilayah untuk kepentingan
kepariwisataan. Unsur-unsur geografis itu memiliki
potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Bentang alam pegunungan yang
beriklim sejuk, pantai landai yang berpasir putih, hutan dengan beraneka ragam
tumbuhan yang langka, danau dengan air yang bersih, merupakan potensi suatu
daerah yang dapat dikembangkan untuk usaha industri pariwisata. Unsur geografis
yang lain seperti lokasi/letak, kondisi morfologi, penduduk, berpengaruh
terhadap kemungkinan pengembangan potensi obyek wisata. Daratan dan lautan
Indonesia dengan potensi unsur-unsur geografis yang luar biasa sangat
memberikan peluang besar bagi pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan bangsa.
Kedua, Pariwisata dan Gatra
Demografi. Jumlah penduduk Indonesia lebih kurang 273
juta jiwa, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, agama, serta
kemajemukan budaya. Potensi sumberdaya manusia merupakan modal dasar dalam
pembangunan nasional, khususnya sektor Pariwisata. Menurut World Tourism
Organization[5]
demografi merupakan salah satu faktor eksternal yang membentuk permintaan
pariwisata. Struktur masyarakat yang terus berubah, dan untuk instansi publik
dan swasta yang bekerja di sektor pariwisata adalah relevan untuk mempelajari
perubahan-perubahan dalam rangka untuk mengantisipasi dan bereaksi terhadap
perubahan dan menyusun cara dan strategi yang paling kompetitif.
Perubahan
demografis berdampak pada pola permintaan traveling, termasuk frekuensi, lama
tinggal, produk, dan akibatnya pada strategi komunikasi para pelaku bisnis
pariwisata. Pada masa akhir-akhir ini disebutkan oleh WTO bahwa populasi di
beberapa negara maju mengalami penuaan. Sementara pada negara berkembang lebih
banyak populasi orang mudanya.
Hampir
di seluruh negara, angka harapan hidup rata-rata mengalami peningkatan. Tingkat
kesehatan dan pelayanan kesehatan di berbagai negara juga mengalami
peningkatan. Hubungan dengan bisnis pariwisata adalah akan lebih banyak pada
beberapa tahun mendatang, para wisatawan berusia tua. Mereka akan terlihat
lebih fit dan sehat dalam usianya.
Ketiga, Pariwisata
dan Gatra Sumber Kekayaan Alam. Indonesia yang berada di garis
katulistiwa memiliki Sumber Kekayaan Alam yang beragam dan melimpah. Pada
konteks pemanfaatan untuk pariwisata, kekayaan alam nasional dapat dijelaskan
antara lain:
1. Memiliki kawasan terumbu karang terkaya di
dunia dengan lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 3.000
spesies ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis
udang-udangan yang menciptakan 600 titik selam.
2. Terdapat 50 taman nasional di Indonesia, enam
di antaranya termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
3. Memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130
di antaranya termasuk gunung berapi aktif.
4. Memiliki panjang garis pantai Indonesia
sekitar 99.093 km.
Sumber
Kekayaan Alam mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai modal pembangunan
ekonomi dan penyangga kehidupan. Dalam pemanfaatannya pada kegiatan pariwisata,
SKA dapat dijadikan modal pembangunan kepariwisataan serta pengelolaannya yang
bersifat berkelanjutan.
Kekayaan
alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di darat dan laut terbatas
jumlahnya sehingga pendayagunaannya harus dilakukan secara bertanggung jawab
untuk kemakmuran rakyat, di samping keberadaan sumber kekayaan alam merupakan
modal utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung
pelaksanaan pembangunan.
Keempat, Pariwisata
dan Gatra Ideologi. Bangsa Indonesia telah menetapkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Ketetapan tersebut
telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dan merupakan kesepakatan
nasional yang disebabkan oleh persamaan sejarah, nasib, dan cita-cita
perjuangan demi mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera berdasarkan
Pancasila. Kegagalan menerapkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam
penyelenggaraan industri pariwisata akan berakibat pada ketidakmampuan para stakeholders
untuk lepas dari perangkap taken for granted.
Kajian
mengenai ideologi dalam praktik pariwisata[6] menjadi
penting guna mengenali asumsi dasar yang kemudian menjadi panduan pelaksanaan
di tingkatan teknis. Sebagai pemisalan, segala hal yang menjadi keputusan para
aktor/agen/penyelenggara pariwisata dalam suatu destinasi dalam menghadapi
problem keseharian atau krusial, tertuang dalam Standar Operasional Prosedur
(SOP). SOP ini merupakan hasil dari suatu konstruksi tertentu yang berangkat
dari perspektif khas para produsernya terhadap realitas pariwisata yang
diidealkan. Dengan kata lain, basis ideologi akan sangat menentukan bagaimana
penyelenggaraan pariwisata dalam suatu sistem pariwisata yang dikonstruksi,
dan, penerapan ideologi yang berbeda akan berimplikasi pada perbedaan langgam
dan corak praktik pariwisatanya.
Kelima,
Pariwisata dan Gatra Politik. Terjadi
perubahan mendasar melalui perkembangan politik dalam negeri dimana tahap awal
reformasi telah memberikan perubahan yang mendasar bagi demokratisasi di bidang
politik dan ekonomi serta desentralisasi di bidang pemerintahan dan pengelolaan
pembangunan.
Prof.
Miriam Budiardjo mengatakan bahwa Politik dalam suatu negara (State)
berkaitan dengan masalah kekuasaan (Power) Pengambilan Keputusan (Desicion
Making), Kebijakan Publik (Public Policy) dan alokasi atau
Distribusi (Allocation or Distribution).[7]
Pengembangan
suatu bidang tidak akan terlepas dari proses Politik begitupun dengan bidang
Pariwisata. Pariwisata merupakan suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara
sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam
suatu negara itu sendiri untuk mencari kepuasan dari apa yang dialaminya setiap
hari.
Keenam, Pariwisata
dan Gatra Ekonomi. Ketangguhan perekonomian Indonesia sudah
dibuktikan ketika menghadapi berbagai krisis global, terakhir dengan adanya
Pandemi Covid-19. Ketangguhan ini banyak didukung oleh sektor pariwisata yang
banyak memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Dampak
positif yang pertama adalah Foreign Exchange Earnings.
Pengeluaran dari sektor pariwisata akan memberikan dampak positif bagi perkonomian
masyarakat sekitar kawasan wisata. Selain bisa menggeliatkan perekonomian
masyarakat lokal juga bisa memberikan stimulus berinvestasi yang nantinya akan
menyebabkan sektor keuangan akan bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya ekonomi
masyarakat sekitar.
Banyak
negara lain yang penghasilan utamanya dari sektor pariwisata. Dengan banyaknya
wisatawan yang datang menyebabkan tumbuhnya bisnis Valuta Asing untuk
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan yang datang ke tempat wisata
tersebut.
Yang
kedua adalah Contribution to Government Revenues. Kontribusi
pendapatan pariwisata terhadap pemerintah dapat diuraikan dengan dua cara yakni
kontribusi secara langsung dan kontribusi secara tidak langsung. Kontribusi
secara langsung bisa berasal dari pajak yang didapatkan pada saat pengunjung
datang untuk membeli tiket atau dari retribusi-retribusi yang ada di sekitar
kawasan wisata. Sedangkan kontribusi yang tidak langsung pariwisata terhadap
pendapatan pemerintah berasal dari bea cukai barang-barang import dan pajak
yang dikenakan kepada pengunjung yang datang ke tempat wisata tersebut.
Yang
ketiga adalah Employment Generation. Dengan adanya sektor
pariwisata, terbukti bahwa pariwisata secara Internasional berkontribusi nyata
terhadap pencapaian peluang kerja, usaha-usaha terkait pariwisata seperti
akomodasi, transportasi, restoran dan usaha seni kerajinan (Souvenir).
Yang
keempat adalah Infrastructure Development. Terbukti dengan adanya
sektor pariwisata mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur
yang memadai dan lebih baik. Seperti air bersih, listrik, telekomunikasi,
transportasi dan fasilitas pendukung lainnya yang akan meningkatkan kualitas
hidup baik wisatawan dan juga masyarakat setempat.
Ketujuh, Pariwisata
dan Gatra Sosial Budaya. Salah satu faktor yang mendorong
bidang kepariwisataan adalah aspek sosial budaya, karena aspek sosial budaya
merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan kegiatan kepariwisataan.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan metodologi deskriptif terhadap
masyarakat di Kelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken Kota Manado[8] menemukan
fakta bahwa ternyata pariwisata dapat berkembang dengan baik bila ditunjang
dengan peningkatan aspek sosial budaya masyarakat.
Banyak
wisatawan melakukan perjalanan untuk merasakan budaya suatu daerah. Pariwisata
menciptakan pertukaran budaya antara wisatawan dan warga masyarakat. Pameran,
konferensi, dan berbagai kegiatan kebudayaan biasanya menarik orang asing.
Otoritas penyelenggara biasanya mendapatkan keuntungan dari biaya pendaftaran,
penjualan hadiah, ruang pameran, dan penjualan hak cipta media. Selain itu,
turis asing membawa keragaman dan pengayaan budaya ke negara tuan rumah.
Pariwisata bukan hanya peluang besar bagi orang asing untuk belajar tentang
budaya baru, tetapi juga menciptakan banyak peluang bagi warga masyarakat yang
memungkinkan wirausahawan muda untuk membangun produk dan layanan baru.
Kedelapan, Pariwisata
dan Gatra Pertahanan Keamanan. Indonesia berada pada posisis
strategis global yaitu pada silang dunia, dengan kekayaan alam yang menjadi
sasaran dan tujuan negara-negara lain. Hubungan kepariwisataan pada Gatra
Pertahanan dan Keamanan sangat esensial, terutama adalah faktor keamanan. Dalam
banyak penelitian kepariwisataan, faktor keamanan merupakan hal penting dalam
mendatangkan wisatawan selain faktor daya tarik wisata. Sehingga penciptaan
keamanan nasional akan mampu berfungsi sebagai “push factor”
kepariwisataan nasional.[9]
Ketahanan
nasional berupa keuletan dan ketangguhan bangsa sangat diperlukan guna
menangkal ancaman dan gangguan dari luar yang dapat melunturkan nasionalisme
bangsa. Melalui penyelenggaraan sistem
keamanan nasional yang kokoh, pelaksanaan pembangunan beserta hasil-hasil yang
telah dicapai dapat terhindar dari berbagai ancaman sehingga dapat mewujudkan
masyarakat yang aman dan sejahtera dalam rangka keutuhan NKRI.
Hadirin yang
berbahagia,
Mari kita mulai
dari Institut STIAMI
Dengan Visi “Menjadi
Perguruan Tinggi yang Berakhlak Mulia, Unggul dan Berdaya Saing” dan Filosofi “Meningkatkan Derajat Kemuliaan Manusia
melalui Pendidikan dengan Memiliki Sifat Positive Thinking, Sense of
Belonging dan Cooperative”, Insha Alloh Institut STIAMI bisa berdiri
paling depan untuk meningkatkan peran Pariwisata dalam mewujudkan
Ketahanan Nasional.
Sebagai
penutup orasi ilmiah ini, saya ingin menyampaikan beberapa strategi pembangunan Bidang Pariwisata. Pertama,
dalam pengelolaan kualitas SDM pariwisata yang berdaya saing untuk lebih meningkatan
kualitas SDM yang bekerja di bidang industri pariwisata yang memiliki
sertifikasi di bidangnya. STIAMI bisa menyelenggarakan berbagai Tempat Uji
Kompetensi.
Kedua, dalam pengembangan
pemasaran Pariwisata, untuk lebih memanfaatkan teknologi serta media sebagai
sarana pemasaran pariwisata, meningkatkan citra pariwisata Indonesia yang
memiliki daya saing internasional, serta orientasi hasil pada kegiatan
pemasaran dan perluasan pangsa pasar potensial. Para mahasiswa STIAMI bisa
menciptakan berbagai aplikasi untuk mendukung pengembangan kepariwisataan.
Ketiga, dalam pengembangan
daya tarik Destinasi Pariwisata, untuk lebih meningkatkan jumlah event, serta
optimalisasi kolaborasi dengan industri kreatif untuk sebagai daya tarik
destinasi pariwisata, serta pengembangan jumlah obyek wisata, baik yang sudah
eksisting maupun baru sebagai destinasi wisata unggulan. STIAMI sebagai anggota
pentahelix stakeholders dituntut untuk berkolaborasi lebih intens dengan
anggota stakeholders lainnya.
Keempat, dalam pengembangan
produk Industri Pariwisata, untuk lebih mengembangkan industri pariwisata yang memiliki daya saing global, serta meningkatkan kepatuhan dan tata kelola
industri pariwisata.
Demikian yang dapat saya sampaikan, untuk mengakhiri orasi ilmiah ini,
ijinkan saya untuk mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati,
para orang tua, serta seluruh civitas
academica Institut STIAMI. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Alloh
SWT. Aamiin YRA.
Wabillahi taufik wal hidayah,
Wassalamualaikum WR WB
Daftar Pustaka
Budiardjo,
Miriam, 1989, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p.14
Lemhannas RI, 2011, Modul
Materi BS Konsepsi Ketahanan Nasional
Nugroho, Saptono, 2020, Basis Ideologi Praktik Pariwisata: Sebuah
Tinjauan Filsafat, Cakra Pers, Universitas Udayana, Denpasar
Permenparekraf No. 12/2020
tentang Renstra Kemenparekraf 2020-2024.
Solihin, Dadang, 2021,
Optimalisasi Komisi Informasi Pusat dalam rangka Penerapan Smart Government,
Kuliah Tamu Pemerintahan Cerdas (PEMDAS) Program Studi Magister Teknologi
Informasi (MTI) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta, 10
November 2021, slide #8
Sutono, Anang, 2017, Percepatan
Pembangunan Pendidikan Vokasi Bidang Pariwisata berbasis Penta Helix guna
Peningkatan Daya Saing Bangsa dalam rangka Ketahanan Nasional, Taskap PPSA XXI,
Lemhannas RI
The United Nations World
Tourism Organization, 2017, Practical Guidelines for Integrated Quality
Management in Tourism Destination
Waani, Hanny Fernando, 2016, Sosial Budaya dalam
Pengembangan Pariwisata di Kelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken Kota Manado,
e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.2. Tahun 2016
World Tourism and Travel Council
(2011). Travel and Tourism 2011.pp.1-42.
[1] Solihin, Dadang, 2021,
Optimalisasi Komisi Informasi Pusat dalam rangka Penerapan Smart Government,
Kuliah Tamu Pemerintahan Cerdas (PEMDAS) Program Studi Magister Teknologi
Informasi (MTI) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta, 10 November
2021, slide #8
[2] Modul Materi BS Konsepsi Ketahanan Nasional, 2011
[3] Permenparekraf No. 12/2020 tentang Renstra Kemenparekraf 2020-2024.
[4] The United Nations World
Tourism Organization, 2017, Practical Guidelines for Integrated Quality
Management in Tourism Destination
[5] World Tourism and Travel
Council (2011). Travel and Tourism 2011.pp.1-42.
[6] Nugroho, Saptono, 2020, Basis
Ideologi Praktik Pariwisata: Sebuah Tinjauan Filsafat, Cakra Pers, Universitas
Udayana, Denpasar
[7] Budiardjo, Miriam, 1989, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, p.14
[8] Waani, Hanny Fernando, 2016,
Sosial Budaya dalam Pengembangan Pariwisata di Kelurahan Bunaken Kecamatan
Bunaken Kota Manado, e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.2. Tahun 2016
[9] Sutono, Anang, 2017, Percepatan Pembangunan Pendidikan Vokasi Bidang
Pariwisata berbasis Penta Helix guna Peningkatan Daya Saing Bangsa dalam rangka
Ketahanan Nasional, Taskap PPSA XXI, Lemhannas RI
No comments:
Post a Comment